Tingkah Kocak Ratusan Polisi di Riau Saat Tes Urine Mendadak

19 Jan 2017, 12:03 WIB

Liputan6.com, Pekanbaru – Ratusan personel di Mapolres Kepulauan Meranti tak bisa ke mana-mana usai melaksanakan apel pagi. Hal itu lantaran Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Barliansyah, mendadak memerintahkan untuk dilakukan tes urine narkoba.

Semua personel, termasuk perwira, diwajibkan mengeluarkan urine dalam wadah yang sudah disiapkan.

Mendapat perintah mendadak ini, ada-ada saja tingkah kocak para personel polisi. Misalnya, ada beberapa personel yang mengaku tak bisa mengeluarkan kencing, sehingga “dipaksa” minum air mineral.

Meski sudah meminum air banyak, ada juga anggota polisi yang tetap tak bisa mengeluarkan urine. Akibatnya, Kapolres memerintahkan beberapa personel minum air langsung dari galon agar bisa segera dites urine.

“Bahkan saat tes urine berlangsung, ada satu anggota yang melarikan diri. Inisialnya TH dan berpangkat Brigadir Satu,” ujar Barliansyah saat dikonfirmasi, Rabu (18/1/2017).

Barliansyah mengatakan, ia memang sengaja melakukan tes urine dadakan. Bahkan dia menyebut, Wakil Kepala Polres Meranti, Kompol Wawan, tidak diberitahukan perihal tes urine ini.

Dia menjelaskan, ada sekitar 165 personel yang menjalani tes urine ini, mulai dari bintara sampai perwira. Sasarannya untuk mengetahui siapa personel yang menjadi pengonsumsi narkoba.

Terkait dengan salah satu personelnya yang melarikan diri itu, Barliansyah berjanji bakal menindak tegas. Keberadaannya tengah dicari untuk kemudian dibawa ke sidang disiplin.

Lalu bagaimana hasil tes urine ini? Barliansyah menyebut, ada 11 anggotanya yang positif narkoba. Semuanya dari golongan Bintara dan langsung menjalani pemeriksaan untuk kemudian diproses.

“Prosesnya hukuman disiplin ‎setelah menjalani sidang disiplin,” ucap Barliansyah.

Barliansyah lebih jauh menerangkan, tes urine ini dilakukan sebagai deteksi dini terhadapnarkoba di kalangan anggotanya. Dia ingin memastikan kepolisian sebagai aparat penegak hukum pemberantas peredaran narkoba tidak malah terlibat mengunakan barang haram tersebut.

“Saya ingin memastikan dan membersihkan anggota dari pengaruh narkoba,” ujar jebolan Akpol 1996 ini.

BNN Temukan Makanan Anak TK Dicampur Narkotik
Kepala Badan Narkotika nasional (BNN) Budi Waseso (tengah) memberikan keterangan pers tekait capaian kinerja BNN di Kantor BNN Jakarta, Kamis (22/12). BNN berhasil mengungkap 807 kasus kejahatan narkotika dan mengamankan 1.238 tersangka yang terdiri dari 1.217 WNI dan 21 WNA serta berhasil menyita aset lebih dari Rp260 miliar dari 21 kasus TPPU terkait kejahatan narkotika.

12 Januari, 2017
Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan lima kasus makanan dan minuman konsumsi anak-anak siswa Taman Kanak-Kanak (TK) terkontaminasi narkotika.
tirto.idAncaman narkotika kini ternyata mengintai korban anak-anak yang masih belia. Baru-baru ini Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan lima kasus makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak-anak siswa Taman Kanak-Kanak (TK) telah dicampur atau terkontaminasi zat narkotika.

“Dari hasil penemuan dan juga laporan dari masyarakat, anak-anak TK terkontaminasi (narkotika) melalui makanan dan minuman, dan ternyata mereka tidak perlu membayarnya,” kata Kepala BNN, Komisaris Jendral Polisi, Budi Waseso, di Denpasar, Bali pada Kamis (12/1/2017) seperti dikutip Antara.

Budi menambahkan kasus seperti itu bisa terjadi karena ada sindikat yang membayar warung-warung di sekitar sejumlah sekolah TK untuk mencampuri makanan dan minuman jualannya dengan narkotika.

“Tujuannya tentu agar anak-anak itu akan addict (kecanduan), begitu addict maka akan menjadi pangsa pasar (konsumen narkoba) berikutnya,” kata dia.

Menurut Budi sejumlah sindikat perdagangan narkoba kini mulai khawatir jumlah konsumennya terus menurun dan akan segera berhenti mengonsumsi obat terlarang pada beberapa tahun mendatang. Karena itu mereka mencoba menyiapkan calon pecandu baru dari kalangan anak-anak.

“Di kalangan mereka, menggunakan sandi regenerasi pasar,” ujar dia.

Dia menambahkan perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang merupakan bisnis yang menggiurkan. Berdasar data hasil investigasi BNN selama ini, satu sindikat bisnis narkoba bisa meraup omzet Rp1-1,3 triliun dalam tiga bulan saja. Tidak heran, cara apapun ditempuh para bandar untuk mempertahankan bisnisnya.

“Berdasar data peredaran narkoba, setidaknya dalam satu tahun belanja narkotika di Indonesia mencapai Rp72 triliun,” kata Budi.

Sayangnya, Budi menolak memerinci tempat-tempat penemuan kasus makanan anak-anak TK yang bercampur dengan narkoba tersebut.

“Di beberapa daerah, karena ada laporan maka kami dalami,” kata Budi.

Pada akhir 2016 lalu, BNN juga telah memusnahkan sejumlah hasil sitaan produk narkotika yang dikemas dalam bentuk permen. Produk narkotika jenis baru asal Cina dan Thailand itu diduga menyasar konsumen anak-anak.

Pekan lalu, BNN juga mengumumkan berhasil mendeteksi ada 11 negara yang aktif menyuplai narkotika ke Indonesia melalui operasi 72 jaringan sindikat internasional. Suplai narkotika terbesar datang dari Cina, Afrika dan Amerika Latin.

Mensos Kaget Cara Peredaran Narkoba Makin Canggih

MATARAM – Gedung Pusat Informasi dan Edukasi (PIE) Napza di Mataram, Nusa Tenggara Barat dibuka langsung oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Dalam sambutannya, Menteri Kabinet Kerja itu mengungkapkan kekhawatiran atas semakin derasnya peredaran narkoba di Indonesia.

Pembentukan PIE Napza salah satunya untuk memberikan data langsung ke masyarakat tentang peredaran dan penyalahgunaan Napza, yang kata Khofifah, sudah berkembang sedemikian rupa.

Misalnya, kata dia, ada kasus narkoba berbentuk tisu, diletakkan dalam laptop, sepeda hingga power bank. “Ada juga yang mengagetkan, di Jepara baru ditemukan 100 kilogram sabu, itu kan satu kwintal,” kata Khofifah kaget, di Jalan Gunung Raung, Mataram, NTB, Kamis (28/1/2016).

Peningkatan peredaran narkoba di atas berbanding lurus dengan data jurnal yang dikeluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), bahwa sebanyak 5,8 juta orang jadi korban pada 2015 dan diperkirakan meningkat jadi 7,4 juta pada 2019.

Untuk itulah, Khofifah mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama para pemuka ulama untuk bisa “menularkan” pengetahuan tentang bahaya narkoba ke umatnya.

“Tidak ada kata terlambat,” tegasnya.

http://news.okezone.com/read/2016/01/28/340/1299454/mensos-kaget-cara-peredaran-narkoba-makin-canggih